Langkah ini masih panjang menuju keridhoan-NYA, mengarungi
ombak kehidupan yang kadang kala tak mau bersahabat dengan kita. Lalu mampukah
aku melewati sendirian tanpa teman hidup, mengayun sampan dari satu pulau ke
pulau lain.
Kaulah..
harapku
yang akan menjadi teman hidupku..
Semakin aku membohongi diri sendiri bahwa aku tidak apa-apa
semakin pudar kebahagianku, karena hanya kejujuranlah yang mendatangkan kebahagiaan sempurna. Pertanyaannya, aku tak tahu sampai kapan aku terus menutupi perasaan ini kepadamu? Apakah jawabannya sampai aku dapat terlihat olehmu? Tapi.... Ah, entahlah, biar waktu yang menjawab.’ aku hanya bisa diam saat yang lain mendekatimu, mencoba mencari perhatianmu, mencoba merebut hatimu..
semakin pudar kebahagianku, karena hanya kejujuranlah yang mendatangkan kebahagiaan sempurna. Pertanyaannya, aku tak tahu sampai kapan aku terus menutupi perasaan ini kepadamu? Apakah jawabannya sampai aku dapat terlihat olehmu? Tapi.... Ah, entahlah, biar waktu yang menjawab.’ aku hanya bisa diam saat yang lain mendekatimu, mencoba mencari perhatianmu, mencoba merebut hatimu..
apa
yang bisa kulakukan selain diam,diam dan diam...
aku
juga pernah seperti mereka, tapi aku tak bisa seagresif mereka, karena aku
sadar diri bahwa aku tak pantas untukmu.
Aku berdiri di depan cermin, mengamati pantulan diriku
sendiri. Dan sekarang aku semakin tahu,
mengapa diriku tak terlihat olehmu. Sekali lagi ini bukan salahmu, bukan juga
salah Tuhan kita.
Karena
memang inilah aku! dengan apa adanya,
dengan segala kekurangan.
Aku
mencoba memberanikan diri mendekatimu, mencari alasan untuk berada di depanmu.
dag....dig....dug...
hey... jantung, tolong tenang sedikit, nanti kau bisa terdengar olehnya..
dag....dig....dug...
hey... jantung, tolong tenang sedikit, nanti kau bisa terdengar olehnya..
Setiap malam, ku gores namamu di buku harianku, kucurahkan
segala perasaanku terhadapmu. Biarlah ku terjebak pada perasaan fitrah ini
sendiri, dengan begini aku tak mungkin mengganggu kehidupanmu. Setiap sore aku
menunggu, menanti dengan sabar waktunya kau datang. Duduk menyendiri di sudut
kota menjauh dari keramaian. Hanya ada aku dan kau, bercumbu dalam sepi,
meluapkan isi hati yang terlalu penat gemerlapnya dunia. Senja, kau hadir
membawaku dalam dimensi waktu yang lain, mewarnai kehidupanku yang hanya
terlukis dengan tinta hitam. Senja, kau membuatku terlelap melupakan kepalsuan
dunia dan memberiku harapan akan datangnya kebahagian yang hakiki.