Blue Fire Pointer

Banner 78500 x 32000px

Tulisah apa yang anda ketahui dan ketahuilah apa yang anda tulis :)
 

Selasa, 17 Oktober 2017

Pendahuluan Awal Dari Isi

0 komentar

Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomu­nikasikannya. Dalam rangka mewujudkan tujuan pem­belajaran IPA tersebut, maka menumbuhkan keterampilan berpikir siswa terutama kemam­puan berpikir kritis sangat diperlukan sehingga penguasaan suatu konsep oleh siswa tidak hanya berupa hafalan saja dari sejumlah konsep yang telah dipelajarinya, tetapi mereka juga mampu mene­rapkan konsep yang dimilikinya pada aspek yang lain.Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan memecahkan masalah secara kreatif dan berpikir logis.
Kemampuan berpikir kritis bukan merupakan suatu kemampuan yang dapat berkembang dengan sendirinya seiring dengan perkembangan fisik seorang individu, tetapi kemampuan ini juga harus dilatih melalui pemberian stimulus agar seseorang dapat meresponuntuk berpikir kritis. Sekolah sebagai suatu institusi penyelenggara pendidikan yang mana difungsikan untuk membentuk generasi bangsa yang cerdas harus mampu memaksimalkan visi misinya dalam pengembangan berbagai kemampuan yang diharapkan oleh masyarakat, salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah terdapat beberapa kompetensi yang terkait dengan penguasaan kemampuan berpikir kritis, yaitu bahwa siswa harus dapat: a) membangun, menggunakan dan menerapkan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif, b) menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, c) menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya, d) menunjukkan kemampuan memecahkan masalah, e) menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar, f) menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Namun faktanya, masih banyak siswa yang belum memiliki kemampuan ini. Kebiasaan berpikir kritis ini belum ditradisikan di sekolah-sekolah. Hanya beberapa sekolah saja yang mengajarkan siswanya untuk berpikir kritis. Sekolah justru mendorong siswa memberi jawaban yang benar daripada mendorong mereka memunculkan ide-ide yang baru atau memikirkan ulang kesimpulan-kesimpulan yang sudah ada dan menemukan konsep baru. Seringnya guru meminta siswanyauntuk menceritakan kembali, mendefinisikan, mendeskripsikan, menguraikan, dan mendaftar daripada menganalisis, menarik kesimpulan, menghubungkan, mengkritik, menciptakan, mengevalusi, memikirkan dan memikirkan ulang, padahal semua aspek tersebut dapat meningkatkan kemampaun anak dalam berpikir. Apalagi dalam mata pelajaran IPA yang mengharuskan siswa menemukan suatu konsep baru. Misalnya siswa menganalisis suatu konsep lalu siswa menarik kesimpulan dari data analisis yang sudah didapat kemudian siswa menalarkan hasilnya. Hal tersebut dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa karena siswa yang menemukan konsep bukan hanya mengulang apa yang sudah dijelaskan guru saja.
Susanto (2016: 126) menyatakan bahwa upaya untuk pembentukan kemampuan berpikir kritis siswa yang optimal mensyaratkan adanya kelas yang interaktif, siswa dipandang sebagai pemikir bukan seorang yang diajar, dan pengajar berperan sebagai mediator, fasilitator, dan motivator yang membantu siswa dalam belajar bukan mengajar. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembentukan kemampuan berpikir kritis siswa adalah keahlian guru dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran yang tepat agar siswa dapat berperan aktif dalam penggunaan media, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan belajarnya secara maksimal.Media pembelajaran juga sebagai alat peraga yang mana akan membantu siswauntuk memepermudah dalam memahami suatu materi, untuk itu media merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru untuk menarik siswa agar lebih bersemangat, antusias dan tidak jenuh atau bosan pada saat pelajaranserta dapat mengembangkan cara berpikir siswa agar lebih mudah dalam memahami materi.Dengan media pembelajaran yang digunakan diharapkan siswa mampu membentuk dan mengembangkan bahkan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Salah satu media pembelajaran yang memberikan peluang bagi siswa untuk memiliki pengalaman menemukan suatu konsep dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah media properda (proses peredaran darah) dalam materi peredaran darah tema 4 sehat itu penting subtema 1 peredaran darahku sehat pembelajaran 1. Media properda ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Pembelajaran dengan menggunakan media dianggap lebih menumbuhkan minat belajar siswa yang tinggi, dimana siswa bukan hanya menjadi objek pembelajaran, akan tetapi siswa juga menjadi subjek pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan media dapat menumbuhkan aktifitas siswa dalam belajar, sehingga siswa tidak menjadi bosan dan antusias untuk mengikuti pembelajaran. Dengan adanya media properda ini siswa diminta untuk berpikir kritis dalam proses pembelajaan yang berlangsung. Media properda dapat dipadukan untuk menyampaikan mata pelajaran IPA pada materi peredaran darahdengan Bahasa Indonesia pada materi pantun, siswa juga dapat mendemonstrasikannya sendiri sehingga siswa dapat berpkir kritis dalam materi pelajaran yang disampaikan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan melalui wawancara dengan guru kelas VB. Dan pengamatan pada proses pembelajaran terdapat masalah yang timbul khususnya pada kelas V, fakta dilapangan menunjukan dalam proses pembelajaran dan soal-soal latihan yang diberikan belum berorientasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, hasil belajar siswa pada tema 4 subtema peredaran darahku pembelajaran 1masih terdapat siswa yang mendapatkan hasil belajar yang rendah. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan oleh sekolah dengan penuh berbagai pertimbangan dan menyesuaikan dari kemampuan siswaKKM nya yaitu 6,8 akan tetapi dengan KKM yang telah ditetapkan masihterdapat siswa yang belum mencapai nilai KKM siswa hanya mencapai rata-rata 6,5saja dan ada yang mendapatkan nilai yang pas dengan KKMdilihat dari hasil ulangan harian siswa.Dari pengamatan tersebut, penulis menawarkan media yang berbasis alat peraga/model untuk menarik perhatian para siswa sehingga siswa ada ketertarikan dalam belajar.
Berdasarkan ulasan latar belakang masalah di atas, peneliti ingin mengetahui “Keefektifan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan Media Properda (Proses Peredaran Darah) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V”.


0 komentar:

Posting Komentar